Farmakognosi
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari sumber bahan alami yang digunakan
sebagai obat. Sumber bahan alami tersebut diperoleh dari berbagai macam bentuk
mikroskopis dan makroskopis tumbuhan dan organisme lainnya. Sejarah mencatat
bahwa tumbuhan atau bahan alam pernah digunakan sebagai khasiat obat pada masa silam
oleh nenek moyang. Di Indonesia sendiri, bukti adanya penggunaan bahan alam
sebagai obat pada masa lalu dapat ditemukan dalam naskah Husodo (Jawa), Usada
(Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan) dan dokumen lainnya.
Kesadaran masyarakat tentang khasiat penggunaan tanaman
sebagai obat merupakan perwujudan sikap masyarakat terhadap farmakognosi.
Keadaan ini didukung dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai efek
samping dari pemakaian obat sintetis. Bahan alam yang sangat berpotensial akan
menghasilkan bahan obat yang merupakan senyawa penting bagi perkembangan obat
modern. Seperti perkembangan teknologi DNA rekombinan dan rekayasa genetika
mempelopori lahirnya antibodi vaksin dan serum yang memiliki manfaat besar bagi
daya imunitas tubuh manusia. Penemuan vaksin dan serum tersebut merupakan
manifestasi dari farmakognosi. Dalam S.K Menkes No.125 /Kab/BVII/1971 tentang
wajib daftar obat ada 5 kategori yaitu:
1.
Obat : merupakan paduan bahan-bahan
yang dimaksudkan untuk menetapkan diagnosa dan memberikan efektifitas seperti
yang diharapkan
2.
Obat Jadi : obat dalam keadaan
murni atau campuran dalam bentuk serbuk, tablet, pil, cairan atau dengan nama
teknis yang sesuai dengan Farmakope Indonesia
3.
Obat Paten : obat jadi dengan nama
dagang terdaftar atas nama si penjual dan diproduksi dengan kemasan asli dari
pabriknya
4.
Obat Baru : obat yang mengandung
suatu zat dengan komponen lain yang belum diketahui khasiat dan kemurniannya
5.
Obat Tradisional : khasiat obat yang
bersumber dari bahan alam yang kemudian diramu atau di olah hingga memiliki efek
teraupetik pada konsumennya
Farmakognosi
merupakan bagian dari biofarmasi, biokimia, kimia sintetis sehingga ruang
lingkupnya menjadi luas seperti yang didefinisikan Fluckiger yakni penggunaan
secara serempak berbagai cabang ilmu pengetahuan untuk memperoleh segala segi
yang perlu diketahui tentang obat.
Hubungan Farmakognosi dengan Botani dan Zoologi
Hubungan Farmakognosi dengan Botani dan Zoologi
Mengingat
pentingnya identitas botani-zoologi, simplisia harus memiliki identitas botani
dan zoologi yang tepat, dimaksudkan untuk mengetahui dengan tepat nama latin
tanaman atau hewan yang digunakan sebagai simplisia. Penetapan identitas
botani-zoologi secara tepat merupakan langkah pertama yang harus ditempuh sebelum
melakukan kegiatan lainnya di bidang farmakognosi. Kondisi simplisia dapat
rusak oleh faktor tertentu. Apabila hal tersebut terjadi, maka keadaannya tidak
lagi memenuhi syarat dan dianggap berkualitas rendah. Misalnya saja simplisia
yang akan digunakan bercampur dengan minyak pelumas, basah oleh air laut, rusak
karena bakteri, dan tercampur dengan komposisi bahan lain yang tidak
semestinya.
Hubungan Farmakognosi dengan Ilmu-ilmu lain
Hubungan Farmakognosi dengan Ilmu-ilmu lain
Simplisia
merupakan bahan utama yang tersedia di tempat meramu obat dan umumnya diramu
atau diracik sendiri oleh tabib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar