Flaming Arrow Glitter Purple

Minggu, 27 Oktober 2013

PUISI ANEKDOT (SINDIRAN)

LUDAH YANG KERING
 
Lihatlah!
masih adakah hati yang berisi?
ketika logika sudah berbau terasi
ketika nurani kian ter-erosi..
di kilatan hujan pesona yang tidak kunjung basi

Lihatlah!
Dendang-an birokrat dan wakil berdasi..
penuh kegiatan sinetron mengejar kursi
Ketika tikus sibuk pesta korupsi
kucing justru giat pamer gusi...
terbuai diempuknya jok mercy

Lihatlah!
Gempita riuhnya demokrasi
menumbuhkan nurani yang semakin membesi
saat Rakyat butuh nasi..
namun justru di kremasi

Ah, sudahlah!
ini bukan Demonstrasi. .
ini juga bukan mosi...
ini hanyalah puisi...
dari yang hidup namun sesungguhnya mati!



PANGGUNG SANDIWARA

Aku hanyalah sebagian penonton dari acara itu
Sebuah acara yang mungkin hanya ada di negeriku
Cerita kenyataan yang dipenuhi sandiwara
Dengan lakon para pejabat negara

Inilah aku rakyat jelata yang selalu dibodohi cerita sandiwara
Begitu manis dan lembutnya sampai semua tak tersadar
Inilah negeriku yang katanya tanah surga
Ya, surganya bagi para pelaku sandiwara
Menghabiskan semua isi surga dengan kata manisnya

Mungkin air mata ibu pertiwi benar-benar kering
Tak henti-hentinya menangis
Melihat anak-anaknya berebut mainan
Sebuah mainan yang bisa membuat mereka saling membunuh
yaitu kekuasaan


Inilah aku yang hanya bisa menatap sebuah cerita
Terus dan trus menjadi bodoh olehnya
Aku yang bodoh adalah surga baginya
Sampai mereka lelah menikmati isi surge



SAJAK TAK BERTUAN

Kau, ya kau…
Hey kau, tidak usah menengok kanan-kiri
Ya benar, kau yang sedang membaca ini
Dengarlah…
Berhentilah menerka-nerka
Berhentilah mengira-ngira
Karena tak sepenuhnya yang aku tulis menceritakanmu
Tak semua puisiku menceritakanya
Dak tak semua sajak ku mewakili perasaanku

Sajak ku tak bertuan
Liar laksana singa dalam istana
Ganas bagaikan kobaran api di dalam negeri
Sajak ku semakin liar,
Siap mencabik-cabik hati si pendosa
Sajak ku semakin ganas,
Siap membakar jiwa-jiwa yang di penuhi keserakahan

Hey, kau…
Berhentilah menerka-nerka
Berhentilah mengira-ngira
Karena mungkin tulisan ku ini memang untukmu
Mungkin juga puisi ku ini untuk dirinya
Dan mungkin saja sajak ku ini untuk diriku sendiri
Atau mungkin juga kata-kata ini
untuk wakil iblis penguasa negeri


Tidak ada komentar:

Posting Komentar